Filosofi di Balik Tata Kota: Mengapa Beberapa Kota Lebih Nyaman dari yang Lain?

sumber: google maps

Pernahkah Anda merasa lebih nyaman di suatu kota dibandingkan kota lainnya, meskipun secara fisik kota-kota tersebut sama-sama padat, macet, atau memiliki kondisi lingkungan yang mirip? Kenyamanan sebuah kota tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur dan fasilitasnya, tetapi juga oleh filosofi tata kota, budaya masyarakat, serta bagaimana kota tersebut berkembang seiring waktu.

Sebagai contoh, mari kita bandingkan dua kota besar di Indonesia yang sering disebut memiliki atmosfer santai dan nyaman meskipun mobilitasnya tinggi, yaitu Denpasar di Bali dan Bandung di Jawa Barat. Kedua kota ini memiliki kemacetan, tetapi masyarakatnya tetap dikenal santai dan ramah. Apa yang membuat mereka tetap nyaman untuk ditinggali?

1. Filosofi Tata Kota: Antara Tradisi dan Modernisasi

Denpasar: Kota dengan Jiwa Komunal dan Keseimbangan

sumber: epaper.mediaindonesia.com

Denpasar, sebagai ibu kota Bali, memiliki filosofi tata kota yang berakar dari nilai-nilai Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Hal ini tercermin dalam:

  • Zonasi yang Berimbang: Denpasar tetap mempertahankan banyak pura, desa adat, dan ruang terbuka hijau di tengah modernisasi. Ini membuat kota tidak terasa terlalu ‘penuh’ oleh bangunan beton.
  • Ruang Publik yang Hidup: Jalanan mungkin ramai, tetapi interaksi sosial tetap kuat. Pasar tradisional, lapangan terbuka, dan pura tetap menjadi pusat kehidupan sosial masyarakat.
  • Lalu Lintas yang Terkendali: Kemacetan mungkin telah menjadi bagian dalam keseharian masyarakat Denpasar karena dari tahun ketahun serbuan turis terus meningkat, namun masyarakat tetap terlihat cenderung lebih sabar di jalan, hal ini mungkin bisa dilihat dari minimnya suara klakson. berbeda dengan banyak kota besar lain di Indonesia yang lebih agresif.

Bandung: Kota Kreatif dengan Ruang Sosial yang Dinamis

sumber: google maps
Bandung, di sisi lain, dikenal sebagai kota kreatif dengan budaya yang lebih urban namun tetap memiliki rasa santai yang khas. Faktor yang mempengaruhinya antara lain:

  • Kota dengan Banyak Ruang Hijau: Bandung memiliki taman-taman tematik yang tersebar di berbagai sudut kota. Meskipun kepadatan penduduk tinggi, keberadaan taman ini memberikan ruang untuk bersosialisasi dan melepas penat.
  • Kafe dan Ruang Publik yang Ramah Pejalan Kaki: Budaya nongkrong di kafe atau ruang publik menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Bandung, yang membuat kota ini terasa lebih hidup dan ramah.
  • Jalanan Padat, tetapi Warga Relatif Sabar: Sama dengan Denpasar, atau bahkan lebih, kemacetan adalah hal yang biasa di Bandung, tetapi gaya hidup yang lebih santai membuat masyarakat tidak terlalu agresif saat berkendara.

2. Faktor Kunci yang Membuat Sebuah Kota Lebih Nyaman

Dari perbandingan Denpasar dan Bandung, ada beberapa kesamaan yang bisa dijadikan patokan dalam menciptakan kota yang nyaman:

Ruang Publik yang Berkualitas. Baik Denpasar maupun Bandung memiliki ruang-ruang publik yang nyaman, baik berupa taman, lapangan terbuka, atau area pedestrian yang ramah bagi masyarakat.

Masyarakat yang Berbudaya Sabar dan Ramah. Budaya masyarakat juga berpengaruh besar. Di Denpasar dan Bandung, orang-orang cenderung lebih santai, tidak terlalu terburu-buru, dan lebih ramah dalam interaksi sosial.

Sistem Tata Kota yang Memprioritaskan Keseimbangan. Denpasar menjaga tradisi dan keseimbangan lingkungan, sementara Bandung beradaptasi dengan budaya kreatif yang tetap memperhatikan ruang hijau dan interaksi sosial.

Mobilitas yang Fleksibel. Meski ada kemacetan, kedua kota ini tetap menawarkan alternatif mobilitas yang menyenangkan, seperti berjalan kaki di kawasan tertentu, menggunakan transportasi umum yang cukup nyaman, atau menikmati kendaraan roda dua yang lebih fleksibel.

Kesimpulan: 

Kota yang Nyaman Itu Tidak Selalu Tentang  Kemacetan

Dari studi kasus Denpasar dan Bandung, kita bisa melihat bahwa kenyamanan kota tidak hanya bergantung pada infrastruktur semata, tetapi juga filosofi tata kota dan budaya masyarakatnya.

Kota yang nyaman bukan berarti tanpa kemacetan, tetapi bagaimana kota tersebut memberikan ruang untuk kehidupan sosial yang harmonis.

Faktor budaya dan interaksi sosial memiliki peran besar dalam membentuk suasana kota yang lebih santai dan menyenangkan.

Tata kota yang mengedepankan keseimbangan antara ruang hijau, ruang publik, dan aktivitas sosial akan membuat kota lebih manusiawi dan nyaman untuk ditinggali.

Jadi, menurut Anda, apakah kota tempat tinggal Anda sudah cukup nyaman? Jika belum, perubahan seperti apa yang bisa dilakukan agar kota tersebut lebih layak huni? 


Comments

Popular posts from this blog

CARA MEMBUAT REVISION CLOUD DI AUTOCAD

Membuka proteksi kartu memori yang terkunci

Cara Menampilkan Dimensi Inch dan Meter Secara Bersamaan di Autocad