Sabang Tanpa Plastik

Tidak sepenuhnya tanpa plastik, tetapi lebih ke arah meminimalkan penggunaan plastik—terutama plastik sekali pakai seperti kantong belanja. Tulisan ini saya buat sebagai bentuk refleksi setelah menghadiri diskusi bersama Pj. Wali Kota dan para ASN Milenial pada Kamis, 2 Februari 2022. Diskusi tersebut mengangkat banyak ide dan unek-unek, mulai dari masalah laten yang seolah mendarah daging, hingga gagasan segar yang sangat mungkin diwujudkan dalam waktu dekat.

Salah satu wacana yang paling relevan dan mendesak menurut saya adalah pembatasan penggunaan kantong plastik. Wacana ini tidak hanya masuk akal, tapi juga sangat realistis untuk diterapkan karena tidak memerlukan anggaran besar—bahkan bisa dijalankan tanpa anggaran jika sudah terbentuk kesadaran kolektif. Ini adalah hal pertama yang saya pikirkan ketika kembali ke Sabang, setelah lama terbiasa dengan kehidupan yang lebih tertata dan sadar lingkungan di perantauan.

Sabang sebagai kota pariwisata yang menggantungkan pendapatan daerah dari sektor ini, sudah seharusnya fokus menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Isu lingkungan adalah fondasi dari pembangunan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism development. Sayangnya, kondisi sekarang menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat saja tidak cukup. Diperlukan langkah konkret dari pemerintah berupa regulasi yang membatasi penggunaan kantong plastik.

Belajar dari Daerah Lain

Bali bisa menjadi contoh. Di sana, khususnya di Kota Denpasar dan Badung, penggunaan kantong plastik di minimarket dan supermarket sudah dilarang total. Masyarakat pun terbiasa membawa tas belanja sendiri. Meski di awal penerapan terjadi penolakan, pemerintah tidak ragu memberi sanksi berupa denda untuk mempercepat perubahan perilaku.

Fakta di lapangan membuktikan, masyarakat sebenarnya sudah sadar pentingnya menjaga lingkungan. Namun, kebiasaan buruk sulit diubah tanpa dorongan dari kebijakan yang tegas. Oleh karena itu, pemerintah harus hadir sebagai pemicu perubahan, bukan hanya sebagai pengingat.

Peran Sektor Pariwisata dan UMKM

Sektor usaha seperti restoran dan hotel juga memegang peran penting. Penggunaan sedotan ramah lingkungan, penyediaan air isi ulang, dan wadah yang bisa dipakai ulang kini menjadi standar baru yang diharapkan oleh wisatawan, terutama dari luar negeri. Restoran yang peduli terhadap isu lingkungan akan memiliki citra yang lebih baik di mata pelanggan dan tentu berpengaruh terhadap ulasan, rating, dan pertumbuhan usaha mereka.

Jika Sabang berhasil memulai gerakan pengurangan plastik secara nyata, maka status sebagai kota wisata sehat dan berkelanjutan bukan lagi mimpi. Ini juga akan mendukung rencana menghadirkan rumah sakit bertaraf internasional di Sabang, yang tentu harus didukung oleh lingkungan kota yang bersih dan sehat secara menyeluruh.


Penutup: Dari Mimpi Menjadi Gerakan

Sabang tanpa plastik bukan hanya mimpi pribadi, tapi harapan banyak warga. Dengan tekad dan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah, Sabang bisa menjadi pelopor kota wisata sehat pertama di Aceh. Semoga semangat ini tidak hanya berhenti di diskusi, tapi juga melahirkan gerakan nyata yang menjadikan Sabang sebagai contoh bagi kota-kota lain di seluruh Aceh.

Comments

Popular posts from this blog

CARA MEMBUAT REVISION CLOUD DI AUTOCAD

Membuka proteksi kartu memori yang terkunci

Cara Menampilkan Dimensi Inch dan Meter Secara Bersamaan di Autocad